Be-songo.or.id – (Ahad/13 September) Acara Pembukaan Ta’aruf Orientasi Santri (TOS) Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang berjalan dengan khidmat. Dalam acara tersebut, Abah Prof. Dr. K.H. Imam Taufik M.Ag selaku Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang tersebut membuka acara yang diawali dengan penyampaian wejangan, serta ucapan selamat datang pada santri baru, yang kemudian disusul pembukaan acara secara simbolis dengan pemukulan bedug.
Selanjutnya disusul acara yang kedua yaitu penyampaian materi pertama tentang “Sejarah Besongo”, yang disampaikan oleh Hj. Ummi Arikhah M.Ag. Beliau menyampaikan bahwasannya sejarah berdirinya pesantren ini adalah karena didasari oleh rasa keprihatinan beliau melihat kondisi sekitar kampus UIN Walisongo tepatnya 20 Tahun yang lalu, yang mengalami krisis “akhlakul karimah” serta moral sebagai selayaknya Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Sebagai seorang akademisi, beliau menuturkan “ Kami sangat prihatin akan kondisi yang terjadi kala itu”. Maka, beliau berinisiatif untuk membangun pondok pesantren bersama sang suami, yaitu Abah Imam Taufik, M.Ag. yang berlokasi ditengah-tengah Perumahan.
Dengan bangunan awalnya yang bertempat di Blok B9 Perumahan Bank Niaga, Tambakaji, Ngaliyan. Kemudian oleh beliau dijadikan sebagai asrama santri. Dahulu, ketika itu Blok B9 ini adalah milik salah satu penulis buku best seller yang karya-karyanya sudah tersebar dimana-mana, yaitu Habiburrahman El-Shirazy. Lalu, beliau berinisiatif untuk membeli rumah tersebut, yang selanjutnya dijadikan pondok pesantren.
Setelah itu, mengapa nama dari Pondok Pesantren ini, mengambil nama Darul Falah? Karena, nama Darul Falah ini beliau ikuti dari nama salah satu pondok pesantren yang ada di Jekulo, Kudus Jawa Tengah. Tepatnya milik orang tua beliau KH. Ahmad Basyir (ayah dari Hj. Ummi Arikhah M.Ag.) yaitu Pondok Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus.
Dalam proses pembangunannya, Pesantren ini pun mengalami perjalanan dan tantangan yang cukup rumit, karena terletak diantara perumahan. Maka orang akan melihat bahwasannya hanya ini satu-satunya pondok pesantren yang dibangun di tengah-tengah perumahan. Sehingga bentuk secara dzohirnya tidak nampak seperti layaknya Pesantren Pada umumnya.
Beliau pun menyampaikan tentang, logo pesantren, kitab-kitab apa saja yang dipelajari dan dikaji, dan keilmuan-keilmuan lainnya yang dipelajari disini. Seperti keilmuan memasak, menjahit, kimia rumah tangga, mahatma, sablon, akrilik, baki lamaran, dan masih banyak keilmuan lainnya yang dipelajari disini. “Jangan pernah menganak tirikan ilmu! Semua ilmu itu penting”. Karenanya, beliau selalu menginginkan agar santrinya dapat menguasai banyak bidang keilmuan, agar bias menjadi insan yang bermanfaat.
“Jadilah manusia yang bermanfaat bagi yang lainnya, dan berbuat baiklah pada semua makhluk ciptaan Tuhan. Kita dilahirkan sebagai ‘abdun, yang jika diterjemahkan dari bahasa arab berarti “hamba”. Maka sudah sepatutnya kita harus selalu bersikap tawadhu’ (rendah hati). Jangan pernah bangga dengan apa yang dimiliki saat ini karena itu semua adalah titipan-Nya, yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali oleh-Nya”. Tutur Umi Arikhah kepada para santri baru.
–
–
–
Reporter: Ulfa Choironi
Editor: M. H. Fizna Hadil Wafa