Menjadi santri dan dan pebisnis bukanlah hal yang tidak mungkin, karena Nabi Muhammad sendiri sebagai role model umat Islam adalah seorang pebisnis andal. Salah satunya dipraktikkan oleh Dinda Niswatul Ummah yang berhasil meraih juara 1 dalam Kompetisi Bisnis Digital Santripreuner yang diselenggarak Shopee Barokah.
Dinda merupakan alumnus Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang. Selama 4 tahun dia menjadi mahasiswa jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) yang juga santri di Pondok yang sekarang diasuh oleh Prof. Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag yang juga Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Kota Semarang.
Lomba yang dilaksanakan secara daring mulai (6/02-6/03/2023) itu juga mencakup Pelatihan Bisnis Digital (1-6/02). Pemberian hadiah Kompetisi Bisnis Digital Dari Pesantren untuk Pesantren tersebut diberikan langsung oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Kamis (30/03/2023). Yakni hadiah umroh dan modal usaha senilai 15 juta.
Dengan mengikuti lomba tersebut dia berharap bisa menjadi jalan untuk mengembangkan bisnis di Shopee, karena selain lomba juga terdapat pelatihan optimasi toko.
“Mulai dari upload foto produk agar menarik calon pembeli, cara mengiklankan toko agar banyak dikunjungi, mengikuti berbagai event di shopee seperti gratis ongkir, cashback, murah lebay, dan serba seribu. Saya juga memberanikan diri melakukan live meski penonton tidak lebih dari 5 orang.” tuturnya saat diwawancari Besongo Online.
Dalam jangka waktu penilaian lomba yang lama, Dinda tidak menyangka bisa menang karena banyaknya peserta dan kualitas toko pesaing di Shopee. Bahkan dia sempat putus asa dan mengundurkan diri di tengah perlombaan.
“Tapi, beberapa hari setelah saya mengundurkan diri dan keluar dari grup lomba, panitia menghubungi saya dan memberi motivasi untuk usaha terlebih dahulu. Meski tidak menang, setidaknya bisa menambah relasi dan banyak ilmu dari pelatihan tersebut.” tambah santri PP. Besongo yang lulus tahun 2022 itu.
Namun, tidak disangka dia lolos ke babak final. Tidak berhenti di sana dengan hanya bersyukur, dia mulai mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk tahap wawancara tersebut.
“Hadiah ini adalah kesempatan dan amanah yang luar biasa. Tentu saya akan berusaha menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Semoga shopee Indonesia semakin maju, sukses dan dapat terus mendukung UMKM santri.” tuturnya.
Dia berharap keberhasilannya tersebut bisa menjadi motivasi kepada seluruh santri di Indonesia. Dia juga mengajak para santri untuk tidak hanya paham pendidikan agama. Tapi juga harus paham literasi digital, paham ekonomi, dan mampu berdaya saing.
“Tentunya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai pondok pesantren. Salam semangat untuk seluruh santri Indonesia,” tambahnya.
Menjadi Santri dan Pebisnis
Dia mengaku sudah suka berbisnis sejak kuliah, meniru salah satu usaha Nabi Muhammad yakni berdagang. Dia mencoba menjual apa saja yang bisa dijualnya, mulai dari bakso aci, tahu kriuk, pisang coklat, hingga mukena.
“Tapi semuanya tidak berjalan dengan lancar karena saya harus lebih fokus dengan kegiatan pondok dan kuliah. Setelah lulus kuliah saya mulai berbisnis lagi dengan lebih serius.” tambahnya.
Bisnis makanan yang dijalankannya berangkat dari inisiatif temanya yang suka ngemil untuk teman mengerjakan tugas kuliah maupun belajar di pondok. Lalu dia memulai bisnis makanan yang bisa di konsumsi beberapa hari. Yakni bisnis yang dinamainya Barakah Snack.
“Saya percaya dan yakin bahwa the name of the prayer (nama adalah doa), itu sebabnya saya melabeli usaha ini dengan nama Barokah Snack. Maka saya tidak hanya mengharapkan untung, tapi juga berharap dapat memberikan manfaat bagi konsumen.”
Dia menceritakan, saat awal memulai bisnis konsumennya hanya dari teman satu asrama atau pondok. Kemudian menghubungi teman asrama bahkan dari pondok lain di sekitar kampus UIN Walisongo untuk menjadi reseller.
“Saya juga pernah door to door dari toko kelontong satu ke toko kelontong lainnya untuk menitipkan produk saya, meski hanya satu yang berminat dan hampir semuanya menolak. Jumlah reseller saya sekarang mencapai 10 orang,” jelasnya.
Tidak semudah membalikkan tangan, Dinda sempat berputus asa dan mengalami krisis quarter life, overthinking, bahkan jatuh sakit dan harus opname setiap 3 bulan sekali. Sampai kemudian dia melihat perkembangan bisnis digital yang begitu pesat dan menggerakkannya untuk mulai membuka toko online, yakni shopee dan Tokopedia. Meski awalnya hanya ada 1 sampai 2 pembeli tiap bulannya.
“Putus asa dan lelah sudah pasti saya rasakan, tapi satu hal yang saya ingat bahwa bisnis itu pasti rugi, resikonya adalah kaya. Itulah yang membuat saya semangat kembali. Lalu saya belajar berbisnis digital dengan teman, juga belajar melalui YouTube, dan rajin promosi produk di media sosial,” ungkapnya.
Dia mengaku semua usaha selalu disertai dengan doa dan dukungan dari orang tuanya, termasuk dalam berbisnis.
“Beliau juga selalu memberikan saya nasihat agar selalu berusaha dan berdoa tiap melakukan segala sesuatu. Serta harus yakin bahwa rezeki Allah datang dari mana saja.” pungkasnya.
Oleh: Muhammad Ali (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)