Stoikisme adalah manusia harus mampu mengontrol dirinya sendiri. Maka, fokuslah kepada internal dan jangan terlalu fokus eksternal.
“Kalau kamu terlalu ngurusi eksternal yang tidak bisa kamu kontrol, maka kamu akan susah bahagia,” tegas Edi AH Iyubenu Penulis buku “Terapi Penyembuhan Diri”.
Edi AH Iyubenu mengatakan hal itu secara luring dalam Bedah Buku Terapi Penyembuhan Diri yang bertajuk “Refleksi dan Aktualisasi Manajemen Diri melalui Literasi” yang diselenggarakan Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang, Ahad (19/03/2023).
Lanjut beliau, tetapi ketika kamu lebih fokus internal yang dalam kontrolmu, kamu akan bahagia.
“Ketidakmungkinan kita untuk berinteraksi dengan eksternal, yang tidak bisa kita kontrol, maka salah satu obatnya adalah bersabar,” ujarnya.
Menurut beliau, Orang bisa sabar itu karena diberi Allah SWT, ini menurut tauhid. Jika sabar yang bisa kita buat untuk menyikapi eksternal itu tidak sepenuhnya dalam kontrol, maka stoikisme itu bulshit.
“Derasnya stoikisme ini bagi orang-orang yang lingkungannya kurang bagus, maka dapat terbius oleh stoikisme,” ucapnya.
Disampaikan, membicarakan tentang stoikisme , tentang self hilling , over thinking dan segala macam dibuku yang berjudul terapi penyembuhan diri ini memberikan disclaimer sejak awal karena buku ini akan beredar kemana-mana dan akan dibaca oleh banyak kalangan.
“Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, pertama, karena buku ini cocok dibaca oleh orang muslim, yang kedua saya berusaha dengan sangat sungguh-sungguh untuk tidak menyinggung pihak mana pun,” tuturnya.
Oleh: Ananda Pramesthi Y (Santriwati Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswi UIN Walisongo Semarang)