Be-songo.or.id

Bahtsul Masail Internal ke V: Melatih Nalar Kritis Santri dengan Merespon Isu Terkini

Kamis 6/2/2025, Pondok Pesantren Darul Falah Besongo adakan Bahtsul Masail internal ke V yang dilaksanakan di teras Madin Raudhatul Jannah. Bahtsul Masail menjadi acara rutin yang menjadi bagian dari acara pascalib setiap tahunnya. Acara yang diikuti oleh seluruh santri dari kelas 1 sampai 4 sebagai mustami’ dan peserta dari masing-masing asrama ini menjadi ajang untuk melatih nalar kritis para santri dalam merespon isu terkini.

Bahtsul Masail kali ini, selain dihadiri oleh seluruh santri juga dihadiri oleh pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Besongo,  Abah Prof. Dr. K.H. Imam Taufik M.Ag. serta jajaran dewan guru yang berperan sebagai muharrir dan mushohih. Abah Imam Taufik dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara ini diharapkan dapat mendorong para santri untuk berpikir kritis dan cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan aktual yang terjadi.

“Menuntut ilmu di pesantren itu tidak hanya belajar kitab, tapi juga belajar kritis. Maka teman-teman yang sudah mendapat kesempatan menjadi musyawirin jangan sampai di sia-siakan dengan tidak berani mengutarakan pendapatnya” Ujar beliau menegaskan.

Dalam Bahtsul Masail kali ini ada empat pertanyaan yang dikaji. Mulai dari hukum jual beli akun tiktok, hukum telur busuk, pengaksesan film bajakan, dan praktek pembulatan dalam transaksi SPBU. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengangkat isu-isu kontemporer yang akhir-akhir ini sering terjadi. Mulai dari hal-hal sederhana yang mudah ditemukan sehari-hari seperti telur busuk ataupun pembajakan film yang merajalela saat ini.

Salah satu mushohih dalam acara ini, Ustadz Dr. H.  Ahmad Tajuddin Arafat, M.S.I. juga memberikan arahan tentang cara menyusun argumen yang benar. Dimulai dari model maraji’ qauli sampai maraji manhaji, dari yang paling terperinci sampai kaidah umumnya seperti qawaid fiqhiyah, maqashid syari’ah, Al-Qur’an dan hadits.

“Cara menyusun argumen dalam Bahtsul Masail alangkah baiknya mulai dari model maraji’ qauli sampai maraji’ manhaji biar orang bacanya enak. Kalau memang ada yang sifatnya khusus membahas itu, dimasukkan dahulu, jangan langsung qawaid fiqhiyah.” Ujar beliau menegaskan

Acara ini berjalan sangat khidmat dan memakan waktu yang cukup lama, karena adanya perbedaan pendapat baik diantara para musyawirin ataupun antara musyawirin dengan mushohih. Para santri delegasi dari setiap asramanya berlomba-lomba untuk kritis dalam menyikapi permasalahan yang dibahas.

Acara ditutup setelah menyelesaikan musyawarah mengenai seluruh pertanyaan. Bahtsul Masail ke V ini diharapkan dapat menjadi trigger bagi seluruh santri baik para musyawirin ataupun mustami’in untuk terus bernalar kritis dalam menghadapi keadaan zaman yang terus berkembang semakin pesat. Agar kemudian para santri tidak hanya menjadi generasi yang mudah tergerus oleh zaman, tetapi menjadi generasi yang mengikuti perkembangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada tuntunan agama.

Oleh: Indy Ainun Hakimah (Santriwati Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)

Editor: Zakiyah Kibtiah

REKOMENDASI >