Usia 20-an tahun menjadi periode penting dalam hidup, sehingga sangat wajar jika kebanyakan anak muda saat ini atau yang biasa disebut Gen-Z mengalami kebingungan perihal apa yang harus diprioritaskan dan mana yang sifatnya hanya formalitas. Tetapi, ketika kita berada di usia ini dan memiliki rasa bingung tentang diri kita sendiri, hal tersebut merupakan suatu kejanggalan yang harus kita pertanyakan pada diri kita sendiri.
Perlu diingat juga bahwa untuk menyongsong Indonesia Emas, salah satu caranya adalah dengan mempersiapkan usia produktif kita sebaik mungkin. Minimal kita punya literasi untuk mencegah fenomena quarter life crisis yang memperburuk kondisi. Pepatah Arab mengatakan bahwa:
تَعلَّمْ فِي الصِّغَرِ كَالنَّقْشِ عَلَى الْحَجَرِ وَتَعلَّمْ فِي الْكِبَرِ كَالنَّقْشِ عَلَى الْمَاءِ
Belajar di masa kecil (usia produktif) diibaratkan seperti mengukir di atas batu, dan belajar di masa dewasa diibaratkan seperti mengukir di atas air yang hanya sia-sia saja.
Dari pepatah di atas, kita dapat mengambil hikmah betapa pentingnya belajar di waktu muda sebelum kita harus bersusah payah belajar di waktu tua. Lebih baik kita bersusah payah di masa muda daripada harus menyesal di masa tua.
Falsafah Akal dan Super Komputer
Menurut Edward L. Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. (Slavin, R.E. (2000). Saat belajar, akal kita ibarat super komputer yang memiliki input dan output. Ketika kita melakukan stimulus dengan memasukkan sesuatu ke dalam akal kita melalui alat indera, hal tersebut adalah input. Kemudian, setelah kita memproses dan mencerna pemahaman yang kita peroleh, kita dapat merespons dengan mengeluarkan hasil pemahaman tersebut, baik berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan yang disebut output.
Berkaitan dengan super komputer, Marc Hekster, Consultant Clinical Psychologist di The Summit Clinic menyatakan dalam penilitiannya bahwa kebiasaan membuka banyak tab dapat menyebabkan stres, kelelahan mental, dan kesulitan dalam mengingat informasi. Penelitian ini diterbitkan dalam “Journal of Experimental Psychology” menunjukkan bahwa kelebihan informasi dan terlalu banyak tugas dapat menyebabkan kelelahan mental dan penurunan produktivitas.
Maka bicara soal super komputer pada tubuh kita ini, ada memori dan juga RAM yang harus kita rawat dan jaga secara konsisten agar super komputer kita tetap stabil. Dalam perjalanannya, kita tidak bisa membuka tab dengan sembarangan tanpa mengetahui batasan memori dan RAM kita. Jika berlebihan, hal itu akan menyebabkan super komputer kita hang. Oleh karena itu, kita harus tahu mana tab yang layak dibuka karena menjadi prioritas dan mana yang sifatnya hanya formalitas, sekadar dibuka sebentar lalu ditutup, atau bahkan tidak dibuka sama sekali supaya tidak terlalu banyak tab yang dibuka.
Maka yang membentuk output kita saat ini adalah perjalanan cerita masa lalu yang kita sebut input, baik itu berupa keluarga, pertemanan, sekolah, bahkan sampai kita duduk di bangku kuliah. Baik buruknya input tersebut tergantung bagaimana kita mengolahnya menjadi output yang berkualitas atau sebaliknya. Perlu diingat, kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri, dan yang kita miliki serta dalam kendali kita adalah hari ini, yang merupakan anugerah terindah dari Tuhan yang harus kita syukuri.
Menciptakan Habbit Baik, Gimana Caranya?
James Clear dalam bukunya berjudul “Atomic Habits” mengatakan bahwa kebiasaan terbentuk dari siklus pemikiran, ucap, usaha, dan konsistensi. Berikut adalah beberapa poin penting dari buku tersebut:
- Pemikiran dan Identitas: Clear menyatakan bahwa “setiap tindakan yang Anda ambil adalah suara untuk jenis orang yang Anda inginkan untuk menjadi”. Ini berarti bahwa pemikiran yang konsisten akan membentuk identitas baru yang kemudian mempengaruhi kebiasaan kita.
- Kebiasaan Kecil Berdampak Besar: Clear menjelaskan bahwa kebiasaan kecil dapat membuat perubahan besar dalam jangka panjang. Misalnya, jika Anda bisa memperbaiki diri sebesar 1% setiap hari selama setahun, Anda akan menjadi 37 kali lebih baik pada akhir tahun.
- Sistem vs Tujuan: Clear menekankan pentingnya fokus pada sistem, bukan hanya tujuan. Sistem adalah proses yang membawa kita ke hasil yang diinginkan, sementara tujuan adalah hasil itu sendiri.
- Bukti dari Ilmu Pengetahuan: Buku ini menggabungkan ide-ide terbukti dari biologi, psikologi, dan neurosains untuk menjelaskan bagaimana kebiasaan terbentuk dan bagaimana mereka dapat diubah.
Maka dari itu mengenai rasionalitas otak, kita bisa mendapatkan sebuah gambaran bahwa otak memiliki siklus yang unik jika kita kaitkan dengan gaya hidup atau yang kerap disebut sebagai kebiasaan. Berawal dari pemikiran, kemudian saat kita ucapkan akan menjadi kata-kata, ketika diusahakan akan menjadi aksi, dan saat dijalani dengan konsisten akan menjadi kebiasaan, yang pada akhirnya menjadi hasil yang kita inginkan.
Realitasnya, banyak sekali distorsi atau sesuatu yang mengganggu stabilitas kesehatan siklus tersebut. Oleh karena itu, kita harus memiliki antivirus untuk mencegah berbagai macam virus yang masuk ke dalam super komputer kita. Antivirus tersebut adalah berpikir positif atau husnuzan, sedangkan virus itu sendiri adalah berpikir negatif atau su’uzan.
Varian virus selain su’uzan adalah overthinking, yaitu ketika kita berpikir terlalu berlebihan tentang sesuatu yang belum terjadi. Padahal jika kita sadar, overthinking hanya akan menghabiskan waktu. Berpikir saja sudah membutuhkan waktu, apalagi overthinking yang pasti overtime, memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi sesuai yang kita pikirkan.
Mengenai overthinking, jangan terlalu terfokus pada apa yang terjadi, tetapi belajarlah untuk mengambil hikmahnya. Di usia produktif sekarang, kita harus menyadari bahwa kita bukan lagi seseorang yang harus mendapatkan semua seperti waktu kecil dulu, tetapi bersikap dewasa dengan kita bisa menerima, baik dari sisi baik maupun buruknya.
Al-Qur’an menegaskan dalam Surah Al – Baqoroh (2/216) :
عَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa terkadang sesuatu yang tidak disukai justru membawa kebaikan, dan sesuatu yang disukai justru membawa keburukan. Allah mengetahui hikmah di balik segala peristiwa, sementara manusia tidak mengetahuinya.
Jika kita kaitkan dengan konteks belajar, kita bisa belajar dewasa dalam menghadapi segala situasi dengan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi. Bahasa singkatnya, Tuhan mengabulkan apa yang hamba-Nya butuhkan, bukan apa yang hamba-Nya inginkan, karena sejatinya Tuhan adalah Sang Pencipta dan Sang Penciptalah yang pastinya tahu segalanya tentang ciptaan-Nya.
Nah ini inti dari segala inti yang harus kita renungi
Jadi, apa yang harus kita lakukan di usia kita sekarang? Tidak perlu dibuat susah dan ribet. Salah satu contohnya, cobalah tanyakan kepada diri kita sendiri, kira-kira jika kita total berapa jumlah keseluruhan biaya pendidikan yang telah dikeluarkan oleh orang tua dari madrasah sampai sekarang, di mana kita sudah bisa duduk di bangku kuliah. Kemudian renungkan hal tersebut dan pikirkan bagaimana cara mengembalikan semua hal itu dengan mempersembahkan bakti kita yang tulus tanpa pamrih serta khidmah kita lewat belajar dengan giat agar bisa memberikan hasil yang terbaik.
Tunjukkan kepada mereka bahwa segala sesuatu yang telah mereka investasikan kepada kita ada hasilnya, bukan seperti investasi bodong yang hanya janji belaka. Semoga bakti serta khidmah kita kepada mereka dapat mereka rasakan karena sejatinya saingan kita bukanlah uang, pasangan, pangkat, jabatan, dan kekuasaan, melainkan umur mereka yang semakin menua sedangkan kita belum bisa apa-apa.
Oleh: Abdus Salam Bariklana (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)
Editor: Zakiyah Kibtiah