Nabi Muhammad Saw adalah sosok teladan sepanjang zaman bagi seluruh umat Islam. Banyak sekali hikmah yang dapat diambil dari kisah hidup beliau. Sepanjang perjalanan dakwahnya, ada masa-masa sulit yang beliau alami. Banyak musuh dari orang orang kafir dan zalim selalu mendesak serta menghalangi jalan dakwahnya. Namun beliau selalu menghadapi semua itu dengan sabar dan tawakal yang begitu luar biasa.
Terdapat satu kisah yang sangat menarik, kisah ini tertulis dalam kitab “Jam’u Al Nihayah fi Bad’i Al Khoiri Wa Ghoyah” atau yang lebih dikenal dengan “Mukhtasor Ibnu Abi Jamroh li Al Bukhori” pada Hadis ke 133, karya Abu Muhammad Abdullah bin Sa’d bin Abi Jamroh Al-Azdy. Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Shohih Bukhori karya Imam Bukhori. Dari Shohih Bukhori ini, Syekh Ibnu Abi Jamroh meringkasnya dengan tujuan mempermudah dalam memahami dan menghafal faidah-faidah keilmuan dari kitab Shohih Bukhori yang begitu luas, sesuai dengan kebutuhan.
Kitab Mukhtasor Ibnu Abi Jamroh li Al Bukhori ini juga dikaji secara rutin di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang, sebagai kurikulum wajib yang diampu oleh Ustaz Dr. Kasan Bisri, M. Ag. Salah satu Hadis yang beliau paparkan adalah Hadis dari sahabat Barra’ bin Azib berikut:
:رَأَيْتُ رَسولَ اللَّهِ ﷺ يَومَ الأحْزابِ يَنْقُلُ التُّرابَ، وَقَدْ وارى التُّرابُ بَياضَ بَطْنِهِ، وَهو يقولُ
لَوْلا أَنْتَ ما اهْتَدَيْنا، وَلا تَصَدَّقْنا وَلا صَلَّيْنا
فأنْزِلِ السَكِينَةَ عَلَيْنا، وَثَبِّتِ الأقْدامَ إنْ لاقَيْنا
إنَّ الأُلَى قدْ بَغَوْا عَلَيْنا، إذا أَرادُوا فِتْنَةً أَبيْنا
Artinya:
“Saya melihat Rasulullah SAW di hari perang ahzab memindah tanah, dan tanah itu sampai menutupi putihnya perut beliau, dan beliau sambil berdo’a: Jika bukan karena Engkau (Allah Swt) maka kami tidak akan bisa memberi petunjuk, kami tidak akan bersedekah dan kami tidak akan solat, Maka turunknlah ketenanagan atas kami, dan kuatkan kaki kaki kami jika kami bertemu mereka (para musuh), sesungguhnya orang orang kafir (para musuh) itu telah membangkang kepada kami, apabila mereka ingin memfitnah kami maka kami akan melawannya.
Dari Hadis tersebut bisa terlihat betapa sabar dan kuatnya Nabi Muhammad Saw dalam menghadapi keadaan sulit yang disebabkan oleh desakan kaum kafir kala itu. Kisah ini terjadi saat perang Ahzab atau Khandaq berlangsung, tepatnya pada tahun ke 5 Hijriyah (627 M). Beliau gigih dalam melawan musuh-musuh dari kaum kafir Quraisy, Yahudi dan kabilah lainnya, dengan iringan doa yang begitu indah baik dalam segi sajak, lafaz maupun makna yang terkandung di dalamnya. Hal itu tak lepas dari keteladanan beliau yang sangat luar biasa baik dalam tutur kata maupun perbuatan. Dalam keadaan terdesak seperti itu, beliau memohon pertolongan kepada Allah Swt sebagai bentuk tawakal. Tak heran jika beliau dijuluki sebaik-baik ciptaan yang harus dijadikan teladan bagi seluruh umat Islam.
Maka dari itu, kita perlu mencontoh bagaimana usaha beliau dalam menghadapi keadaan sulit dengan senantiasa berusaha, sabar dan tawakal kepada Allah Swt. Setiap manusia pasti mengalami berbagai cobaan dan keadaan sulit, dan semua itu adalah bagian dari skenario Allah Swt. Keadaan sulit itu bisa saja datang dari musuh yang zalim, sehingga ia akan melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan, sebagaimana apa yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad Saw. Meskipun demikian, kita sebagai umat Islam tak perlu sedikitpun takut akan hal itu. Berkaca pada Hadis ini, dengan senantiasa berusaha, sabar dan tawakal, Allah Swt pasti akan memberikan pertolongan, dan membinasakan orang-orang zalim yang memiliki niat buruk.
Semoga kita terhindar dari fitnah dan hal-hal buruk yang datang dari orang-orang zalim, dan Allah Swt senantiasa memberikan pertolongan, perlindungan dan kekuatan dalam menghadapi itu semua.
Oleh: Achmad Solekhudin (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)
Editor: Zakiyah Kibtiah