Be-songo.or.id

Ngaji Kitab Minhajul Mutaallim: Pentingnya Membersihkan Jiwa Sebelum Menuntut Ilmu

Pada kesempatan mengaji bersama Ustadz Badruz (selasa, 8/7) di pesantren Darul Falah Besongo, beliau menjelaskan salah satu bab di dalam kitab Minhajul Mutaallim karya Imam al-Ghazali yang membahas mengenai etika yang harus dimiliki oleh seorang santri dalam menuntut ilmu, salah satunya yaitu mensucikan jiwanya terlebih dahulu dari akhlak-akhlak tercela sebelum menuntut ilmu.

Dalam kitab tersebut dijelaskan ilmu adalah cahaya, yang mana cahaya ilmu tidak akan masuk dan menyinari hati ketika masih dipenuhi oleh perbuatan tercela. Seorang santri ketika menuntut ilmu seyogiyanya untuk membersihkan jiwanya terlebih dahulu agar ilmu yang didapatkannya dapat bermanfaat dan memancarkan cahaya dari ilmu tersebut. Imam al-Ghazali kemudian menyitir dhawuh nabi Muhammad Saw, “Islam dibangun atas kebersihan.” Lebih lanjut menurut hujjatul Islam, bukan hanya dalam bersihnya pakaian, tetapi juga kebersihan hati.

Imam tasawuf ahlussunnah tersebut kemudian menguatkan pendapatnya dengan mengutip firman Allah SWT dalam penggalan surat at-Taubah ayat 28 mengenai makna najis yang dimaksud adalah jiwa yang kotor pada orang-orang musyrik. “yâ ayyuhalladzîna âmanû innamal-musyrikûna najasun.

Dalam hal menuntut ilmu, menurut al-Ghzali, yang tidak membersihkan batin atau hatinya dari akhlak  buruk, maka ilmu yang diperoleh menjadi tidak bisa diterima dan tidak bisa bermanfaat. Bahkan, bisa jadi terhalang masuk nurul-ilmi itu sendiri.

Ustadz Badruz kemudian memberikan salah satu contoh, ketika santri  mengaji dalam sebuah majelis, niatkanlah untuk mengaji dengan duduk di depan dan membawa buku catatan untuk menulis ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh pengajar. Santri tidak berniat duduk di belakang dan bersender yang kemudian menyebabkan santri tidur di dalam majelis ilmu.

Terakhir, sebagaimana disebutkan oleh Kiai Imam Taufiq, santri merupakan seseorang yang memiliki jiwa pembelajar, yang mana rutinitasnya selalu berkaitan dengan keilmuan. Sudah seyogianya seorang santri apalagi sekaligus mahasiswa untuk menuntut ilmu dengan niat yang baik dan benar. Jadi di mana pun berada, orientasinya adalah tentang keilmuan. Namun jika kita bosan dalam satu ilmu maka boleh saja beralih atau pindah ke ilmu yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan warna dan mengelola fluktuasi semangat belajar dalam diri kita.

Oleh: Wahyu Hidayat (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)

Editor : Siti Aniqotussolehah

REKOMENDASI >