Kita perlu memahami bahwa tidak semua orang bisa mengakses, memahami, membaca, dan menghafal Al-Qur’an dengan mudah. Semuanya pasti butuh perjuangan dan alat untuk bisa mencapai itu semua. Agar kita bisa mendapatkan berkah dari makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an, kita harus membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an sesuai dengan perintah-perintah dari Allah Swt.
Kitab Tafsir Khawatir As-Sya’rawi yang dikaji oleh Abah Imam saat ngaji subuh dikarang oleh Imam As-Sya’rawi, kitab ini merupakan kitab tafsir modern yang terdiri dari 20 jilid. Dalam Muqaddimahnya, kitab ini berisi penafsiran surat al-fatihah sebanyak 92 halaman.
Abah Imam menjelaskan pada halaman 27 sampai halaman 30 mengenai pentingnya membaca kalimat ta’awudz atau ber-isti’adzah sebelum membaca Al-Qur’an. Beliau menjelaskan bahwa Allah meminta kepada setiap orang mukmin untuk menghindarkan diri dari gangguan setan. Salah satu caranya dengan meminta perlindungan sebelum membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz. Tujuannya agar Allah senantiasa bersama kita saat sedang membaca Al-Qur’an. Ketika kita tidak meminta perlindungan kepada Allah sebelum membaca Al-Qur’an, dikhawatirkan setan akan mengambil kesempatan untuk mengganggu yang akhirnya membuat kita tidak fokus. Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 98 yang berbunyi :
فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ
“Apabila engkau hendak membaca Al-Qur’an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”
Setan tidak hanya datang ke tempat-tempat maksiat, tempat-tempat pelacur, tempat-tempat pemabuk, tetapi juga datang ke berbagai tempat seperti kampus bahkan Pondok Pesantren. Artinya bahwa setan tetap berusaha mengganggu orang-orang yang sedang melaksanakan perintah Allah Swt. Setan akan masuk dan berputar di sekitar pintu-pintu kelemahan manusia untuk bisa menjatuhkannya ke dalam jurang maksiat. Setan akan selalu menggoda titik kelemahan manusia supaya kelemahan itu bisa menjadi kuat. Kita sebagai manusia senantiasa memiliki potensi untuk tergoda dan kalah, terlebih kita tidak memiliki kemampuan untuk melihat setan, tetapi setan bisa melihat kita.
Jika kita rajin dalam hal menjaga sholat, setan akan mengganggu disisi yang lain, contohnya adalah bagian harta. Seseorang yang rajin sholat tetetapi tidak kunjung kaya raya, setan akan senantiasa menggodanya dengan membuatnya ragu untuk terus beribadah kepada Allah. Bahkan jika seseorang sudah mempunyai harta yang banyak dan kaya raya, setan mengeluarkan bisikan untuk tidak bersedekah dan mengeluarkan zakat karena akan menjadikannya fakir. Padahal hakikatnya, jika kita mempunyai harta sedikitpun dan dikeluarkan untuk bersedekah akan ditambahkan oleh Allah Swt. Harta sesungguhnya adalah milik Allah Swt yang berpindah dari tangan ke tangan di dalam Dunia ini. Dengan bersedekah, kita akan tambah harta, tambah berkah, dan berkembang.
Potensi yang diberikan Allah Swt kepada seluruh umat manusia, seperti mengakses, membaca, menghafal, mendengarkan, dan memahami Al-Qur’an pada hakikatnya adalah sama. Manusia diberi potensi yang sama oleh Allah Swt akan hal tersebut, tetapi secara prakteknya berbeda-beda. Maka dari itu ketika kita diberi potensi yang sama, manfaatkanlah potensi tersebut dengan melakukannya dengan baik dan benar. Salah satunya dengan meminta perlindungan kepada Allah Swt sebelum membaca Al-Qur’an, tidak hanya verbal dengan lisan saja, tetapi juga dengan menyertakan hati. Allah Swt berfirman dalam Q.S. Muhammad ayat 16 yang berbunyi :
وَمِنۡهُم مَّن يَسۡتَمِعُ إِلَيۡكَ حَتَّىٰٓ إِذَا خَرَجُواْ مِنۡ عِندِكَ قَالُواْ لِلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مَاذَا قَالَ ءَانِفًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُمۡ
“Di antara mereka (orang-orang kafir) ada orang (munafik) yang mendengarkan perkataanmu (Nabi Muhammad) sehingga apabila telah keluar dari sisimu, mereka berkata (untuk mengejek) kepada orang yang telah diberi ilmu (para sahabat Nabi), “Apa yang ia katakan tadi?” Mereka itu adalah orang-orang yang dikunci hatinya oleh Allah dan mengikuti hawa nafsunya.”
Maka dari itu, bagi umat Islam ber-isti’adzah menjadi suatu amalan yang sangat penting, karena dengan itu seseorang dapat terhindar dari berbagai macam godaan setan dan iblis yang datang dari berbagai arah. Sehingga setiap amalan yang dilakukan akan menghadirkan rasa khusu’, ikhlas, dan berkah.
Oleh: Wahyu Hidayat (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)
Editor: M. Faiq Azmi