Peringatan Hari Perempuan Internasional atau Internasional women’s Day (IWD) bermula karena banyaknya penindasan, ketidaksetaraan terhadap para perempuan. Walaupun saat ini peran perempuan sudah mengalami kemajuan, namun masih ada ketidakadilan yang dialami oleh mereka, salah satunya di bidang pendidikan.
Sampai sekarang, orang-orang di beberapa penjuru negeri masih ada yang berpandangan bahwa perempuan tidak pantas berpendidikan tinggi. Ditambah masih adanya stereotip gender yang menimbulkan kesenjangan sosial pada dunia pendidikan sehingga mengurangi ambisi perempuan untuk melanjutkan pendidikan. Padahal dengan hal ini dapat mengakibatkan wawasan pengetahuan yang mereka miliki menjadi terbatas.
Salah satu contohnya adalah keadaan masyarakat di Desa Gumeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Penelitian yang dilakukan di desa ini pada tahun 2021 menunjukan bahwa adanya kesempatan yang lebih besar bagi laki-laki dari pada perempuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini sudah menjadi budaya turun menurun di daerah setempat sehingga melahirkan pemikiran bahwa pendidikan lebih penting bagi laki-laki dari pada perempuan. Laki-laki di desa ini memiliki kesempatan untuk berkarya ke dalam ruang lingkup yang lebih luas, tetapi bagi perempuan hanya dibatasi pada urusan domestik saja. (Wijayanti dan Jatiningsih, 2021)
Dalam ruang lingkup internasional, rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan juga terjadi di Uganda dan Afghanistan. Sebanyak 40,7% dari kaum perempuan di Uganda tidak menyelesaikan pendidikannya. Sedangkan di Afghanistan, hanya 19% dari kaum perempuan yang menempuh pendidikan tinggi. (Tasia dan Nurhasanah, 2019)
Padahal jika diamati lebih dalam lagi, pendidikan bagi perempuan sangatlah penting. Karena perempuan merupakan investasi masa depan yang akan melahirkan generasi penerus zaman. Maka dari itu, kesetaraan dalam pendidikan harus ditegaskan supaya perempuan dapat mengembangkan segala pengetahuannya untuk kualitas kehidupan mereka.
Di dalam Islam sendiri, hak perempuan memperoleh pendidikan sudah ada pada masa Rasulullah Saw. Beliau memberi ruang bagi para perempuan untuk menuntut ilmu, sebagaima yang disebutkan di dalam hadits Rasulullah Saw. bahwa menuntut ilmu wajib hukumnya bagi laki-laki dan juga perempuan. Dari pernyataan hadist tersebut, Rasulullah Saw. telah membuka kesempatan menuntut ilmu tidak hanya bagi laki-laki, tetapi juga bagi para perempuan. Semuanya memiliki hak yang sama dalam pendidikan, bukan hanya laki-laki yang pantas mendapatkannya, tetapi perempuan juga berkesempatan untuk mengembangkan intelektualitas, moral, mengolah minat, memperluas pengetahuannnya, yang nantinya akan bermanfaat bagi dirinya dan juga masyarkat.
Bahkan di dalam Al-Qur’an, terdapat beberapa ayat yang turun kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai respon terhadap keluhan dan protes dari kaum perempuan. Salah satunya adalah Q.S Al-Ahzab ayat 35:
اِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمٰتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْقٰنِتٰتِ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالصّٰدِقٰتِ وَالصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰبِرٰتِ وَالْخٰشِعِيْنَ وَالْخٰشِعٰتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقٰتِ وَالصَّاۤىِٕمِيْنَ وَالصّٰۤىِٕمٰتِ وَالْحٰفِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَالْحٰفِظٰتِ وَالذّٰكِرِيْنَ اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّالذّٰكِرٰتِ اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
Sesungguhnya muslim dan muslimat, mukmin dan mukminat, laki-laki dan perempuan yang taat, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan penyabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kemaluannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, untuk mereka Allah telah menyiapkan ampunan dan pahala yang besar.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini turun sebagai respon atas protesnya Ummu Salamah terhadap dominasi penyebutan laki-laki dalam Al-Qur’an, sedangkan perempuan tidak sama sekali. Ummu Salamah saat itu hidup di masa yang patriarki, terlepas dari statusnya sebagai istri nabi, “suaranya” yang di respon oleh Al-Qur’an saat itu menjadi sesuatu di luar kebiasaan setempat. Ayat ini kemudian juga disebut-sebut sebagai simbol kesetaraan gender dalam Al-Qur’an.
Batasan Perempuan dalam Ruang Publik
Pada prinsipnya, tidak ada batasan yang diberikan kepada perempuan, mereka bebas untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu sesuai dengan bidang yang mereka minati. Untuk mencapai kesetaraan pendidikan, maka kita harus tanggap dalam mengatasi bias gender, memastikan semuanya memiliki hak pendidikan, menghilangkan norma sosial yang menghambat pendidikan perempuan, serta mendorong kesadaran pentingnya pendidikan bagi perempuan.
Pendidikan yang setara akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab perempuan yang terdidik akan memberikan banyak kontribusi dalam berbagai sektor seperti pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dan pada akhirnya, para perempuan juga memiliki ruang untuk bisa mengeluarkan gagasan dan ide-ide dalam suatu permasalahan. Lebih dari itu, perempuan hebat akan melahirkan generasi yang hebat pula.
Sebuah pepatah arab mengatakan:
المرأة عماد البلاد إذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد
perempuan adalah pilar negara, bila baik maka negara akan baik, bila ia rusak,maka hancurlah negara
Peran Perempuan dalam Ruang Lingkup Global
Seiring berjalannya waktu, zaman terus mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam segala aspek, baik itu sosial ekonomi ataupun pendidikan. Hal ini juga kemudian menuntut para perempuan untuk mampu mengimbanginya. Bahkan sekarang ini adanya tuntutan bangsa-bangsa atas masyarakat global bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan dari bagaimana bangsa tersebut memperlakukan kaum perempuan, memberi kepedulian serta memberi kesempatan untuk ikut serta membangun bangsanya.
Sejauh ini sudah banyak sekali bukti nyata dari kaum perempuan dalam berkiprah untuk kemajuan zaman. Salah satunya adalah Malala Yousafzai, perempuan asal Pakistan yang memperjuangkan hak pendidikan bagi kaum perempuan. Keberaniannya untuk melawan Taliban yang mulai menguasai wilayahnya dan melarang pendidikan bagi kaum perempuan saat itu sangat menginspirasi. Bahkan kisahnya tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menunjukan kekuatan seorang perempuan dalam melawan ketidakadilan.
Maka dari itu, peran perempuan semakin dibutuhkan dalam berbagai aspek untuk kemajuan zaman. Dimulai dari menumbuhkan kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya pendidikan, para perempuan diharapkan untuk terus bisa ikut serta berkiprah dalam ruang lingkup global.
Dengan adanya peringatan Hari Perempuan Internasional ini menjadi ajang untuk mengajak seluruh masyarakat untuk menyuarakan hak perempuan, meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan perempuan, serta merayakan perjuangan perempuan untuk kesetaraan keadilan di dunia.
Oleh: Firda Aziziyah (Santriwati Ponpes Darul Falah Besongo)
Editor: Zakiyah Kibtiah