Syekh asy-Sya’rawi merupakan salah satu ulama yang sangat produktif. Diantara kitab beliau yang dikaji di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang adalah kitab Khawatir Asy-Sya’rawi. Dalam momen pengajian bakda subuh yang menjadi rutinitas intelektual di waktu libur semester, Abah Imam Taufiq, selaku pengasuh pondok pesantren Darul Besongo Semarang membahas kitab Khawatir Asy-Sya’rawi.
Beliau membacakan Asrar Bismillahirrahmanirrahim (Rahasia di balik kalimat Bismillahirrahmanirrahim), termasuk adalah sifat setan dan iblis. Di antaranya adalah sifat “takabur atau kibriya dan al-ihanah’ yang memiliki arti sombong dan suka merendahkan. Contohnya ketika dia diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam, dia mengingkari hal tersebut karena dia merasa lebih mulia dari pada Nabi Adam yang notabene diciptakan dari tanah sedangkan iblis terbuat dari api.
Abah Imam juga menerangkan tentang setan yang menggoda Nabi Adam dan Siti Hawa saat masih berada di surga, dengan iming-iming Nabi Adam dan Siti Hawa mendapatkan segala sesuatu. Mulai dari makan sesuatu apapun yang dia mau, karena disitu sudah disediakan seribu pohon kecuali satu pohon yang Allah haramkan kepada Nabi Adam dan Siti Hawa untuk memakan buah dari pohon tersebut.
Dalam kitab Khawatir Asy-Sya’rawi dijelaskan tentang surah al-A’raf ayat 20 yang berbunyi:
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Artinya: “Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).”
Setan berkata kepadanya, “Tuhan melarang kamu berdua mendekati pohon ini lantaran tidak ingin melihat kalian menjadi malaikat dan kekal, yang terus menerima nikmat yang tanpa terputus di dalam surga.”
Dalam surah Taha ayat 120 juga dijelaskan:
(فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ)
Artinya: “Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya. Ia berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi menjelaskan bahwasanya “setan adalah sosok yang menyerupai manusia dengan membenarkan segala sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah sebagai sebuah larangan. Hingga pada akhirnya Nabi Adam dan Siti Hawa terbujuk oleh rayuannya yang menjanjikan keabadian dan kekuasaan yang terbatas bagi siapa saja yang memakannya. Kemudian poin kedua menjelaskan bahwasanya setan masuk ke dalam diri manusia pada saat ketika lupa atau biasa disebut dengan “ghaflah”.
Abah Imam Taufiq menjelaskan bahwasanya ghaflah tidak hanya soal ketika lupa akan suatu hal, tetapi dia memiliki banyak arti yang kebanyakan orang jarang mengatahuinya. Di antaranya: ceroboh, tidak fokus akan suatu hal, kurang perhatian hingga kurang kesadaran akan kebaikan pada dirinya yang mulai berkurang, atau lebih gampangnya jika ada suatu kebaikan yang mulai hilang dalam diri seseorang dinamakan sebagai “ghaflah”.
Ketiga, dijelaskan tentang keimanan dari seorang hamba.
Dalam kitab Khawatir Asy-Sya’rawi dijelaskan dalam surah al–Kahfi ayat 29 yang berbunyi:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا سورة الكهف أية٢٩
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, siapa yang menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki (kufur), biarlah dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang zalim yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (dengan meminta minum), mereka akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang paling jelek.”
Abah Imam Taufiq menjelaskan diantara jalan untuk meningkatkan iman kepada Allah Swt, harus melalui dua jalan yaitu habluminallah dan habluminnannas, yaitu sikap vertikal sebagai perwujudan seorang hamba dihadapan Allah Swt yang selalu berdoa agar selalu terhubung dan sikap horizontal sebagai perwujudan manusia adalah makhluk sosial yang harus memiliki sikap toleransi dan saling tolong menolong.
Beliau menjelaskan bahwa setan dengan mudah menggoda manusia melalui aspek horizontal, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Godaan tersebut sering kali hadir dalam bentuk perwujudan manusia, yang bahkan mereka sendiri tidak menyadarinya. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat kedua aspek, baik vertikal maupun horizontal, untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah Swt.
Terakhir, dijelaskan tentang setan yang menggoda manusia dari berbagai arah. Dalam kitab Khawatir Asy-Sya’rawi dijelaskan dalam surah al-A’raf ayat 17:
(ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ)
Artinya: “Kemudian, pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Syekh Asy-Sya’rawi menjelaskan bahwa setan menggoda manusia melalui empat arah, yakni depan, belakang, kanan, dan kiri. Kemudian Syekh asy-Sya’rawi juga menambahkan bahwa setan menggoda manusia tidak hanya dari empat arah saja, akan tetapi ada dua arah lagi yaitu dari atas dan bawah. Akan tetapi, setan tidak akan mendatangi kedua arah tersebut karena kedua arah itu memiliki hubungan yang sangat kuat. Arah atas sebagai bentuk “fauqiyatul ilahiyah” atau hubungan sikap vertikal sebagai perwujudan seorang hamba yang selalu berdoa di hadapan Allah Sementara arah bawah sebagai bentuk “ubudiyah basyariyah” atau bentuk syujud seorang hamba di hadapan Allah. Oleh karenanya, setan menjauhi kedua arah tersebut.
Di akhir pengajian bakda subuh beliau menutupnya dengan sedikit kutipan dari Ronggo Warsito seorang pujangga dari Tanah Jawa yang berbunyi “”Sak Bejo-Bejone Wong Kang Lali, Isih Bejo Wong Kang Eling Lan Waspodo.”
Oleh: Abdus Salam Bariklana (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)
Editor: Zakiyah Kibtiah