Ngalian, Kamis (25/2) telah diadakan pelatihan jurnalistik di Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo. Pelatihan jurnalistik kali ini melibatkan para santri baik santri putra maupun santri putri Dafa Be-songo. Pelatihan kali ini diisi langsung oleh kontributor NU online, Mukhamad Zulfa yang sejak lama sudah berkecimpung didunia tulis menulis.
Pria ini memulai materi dengan mencoba mengevaluasi bulletin Al-Qalam edisi kedua. Pemateri yang sekaligus pembimbing berusaha mendengar keluh kesah dari para crew dalam penerbitannya. Beliau menjelaskan menajamen yang baik dalam mengontrol jalannya sebuah keredaksisan.
Pemateri memaparkan, media bisa dikatakan baik apabila memiliki arah yang jelas dari segi keorganisasian dan harus lebih diarahkan kepada basis kultural. Selain itu, maka harus memiliki misi yang jelas. Media terdapat tiga bidang penting yang diantaranya keredaksian, penelitian, dan pengembangan/litbang yang mencakup masukan, saran serta kritik serta perusahaan dan managerial.
Selain menjelaskan terkait manajemen keredaksian peria kelahiran Pati juga menjelaskan Arah Pers Mahasisiwa (Persma) adalah terkait masalah awal kompetensi dasar, tujuan organisasi serta sumber daya manusia yang meliputi sarana dan prasarana, kurikulum dan juga metode.
“Sebuah organisasi harus memiliki tujuan yang jelas yaitu terkait visi dan misi yang akan dicapai. Metode yang digunakan juga harus efisien serta tidak memberatkan,” tutur Mahasisiwa S-2 UIN Walisongo.
Disambung dengan penjelasan mengenai tata cara wawancara dimana semua jenis liputan berita memerlukan fakta yang didapat dari narasumber. Tujuan wawancara adalah untuk menggali informasi, komentar, opini, fakta dan data tentang suatu peristiwa dengan mengajukan pertanyaan.“Salah satu teknik wawancara yaitu meliput berita langsung ke lapagan atau dikenal degan istilah reportase,” jelasnya.
Menurut pria yang pernah berkecimpung di persma Idea Ushuludin, media dalam dunia tulis menulis bukan hanya pena dan kertas. Akan tetapi dapat pula menggunakan gambar, karena gambar dapat pula menjadi alat komunikasi.
(Nadia Kusuma Nigrum/kom.)